Sebuah coretan kata-kata seorang mahasiswa

Senin, 04 April 2011

Home » , » Periskop Kehidupan

Periskop Kehidupan

Waktu selalu berputar, bak roda kereta tua yang selalu membawa ke tempat yang berbeda. Tak pernah berhenti. Selalu mengawal hari demi hari yang kita lalui.



Begitu membuka mata pagi ini, walau begitu berat, satu hal yang biasanya terlintas dalam benakku adalah: well, this will be the beginning of so many tiresome days. I will have quality control class this afternoon, maybe I will have to spend a lot of time for student meetings in the next day, and many more wearying things in the days after. Menjemukan memang, tapi ada satu hal yang membuatku berpikir berbeda hari ini. Tiba-tiba aku berpikir untuk mengoreksi semua pikiran yang mengatakan semua ini menjemukan.

Oke lah. Memang kita diciptakan oleh Tuhan dengan dua mata menghadap ke depan agar kita lebih banyak memandang masa depan. Namun jangan lupa bahwa Dia Yang Maha Kuasa juga menciptakan leher agar kepala dan mata kita bisa menoleh dan memandang ke belakang. Agar kita bisa selalu mengevaluasi apa yang telah terjadi kemarin dan di masa lalu.


Sedikit menoleh ke beberapa hari belakangan ini, mulai dari Senin di awal mingu kemarin, banyak sekali kesalahan yang telah kulakukan, sedikit tidak jujur dan membohongi diri sendiri, meninggalkan beberapa waktu ibadah, menghindar dari seseorang, tidak konsisten dengan apa yang sudah direncanakan, mengeluh akan berbagai keadaan yang akhirnya membuatku sedikit melonggarkan ikatan tanggung jawab yang seharusnya diemban (umm.. ok ok, lumayan banyak deh), dan masih ada banyak hal lain lagi tentunya.

Tapi seminggu yang lalu sepertinya aku juga banyak belajar. Belajar untuk menghargai orang lain, belajar untuk ikhlas dalam membantu seseorang, belajar untuk bangkit dari banyak kesalahan yang membawa dalam keterpurukan, belajar untuk menjadi bagian dalam superteam, bukan superman, belajar untuk mengungkapkan apa yang benar-benar ada dalam hati dan pikiran sesulit apa pun itu, belajar untuk berhati-hati dalam menggunakan lisan dan jari-jemari tangan , belajar untuk memahami nilai-nilai kebersamaan, belajar untuk senantiasa memberikan dukungan kepada seseorang, belajar untuk lebih menghargai waktu orang lain, dan belajar untuk memaafkan serta menerima permintaan maaf dari seseorang.

Di minggu ini pula aku lebih mengenal beberapa orang. Beberapa orang yang kuharap kehadirannya bisa membantu meringankan beberapa beban di pikiran, beberapa yang kuharap bisa membantu membawakan sedikit tanggung jawab yang harus ku pikul di pundak, beberapa yang ternyata selalu setia membantu dalam setiap tugas yang kuemban, beberapa yang kuharap bisa lebih mengerti apa yang benar-benar kurasakan, dan beberapa yang kuharap dia bisa menjadi penghiburku dan aku bisa menjadi penghiburnya, pelipur di kala sakitnya, be a superbig bucket in order to take all of her sighs in.

Dengan begini akhirnya aku sadar, bahwa hidup tak semenjemukan kelihatannya. Rutinitas itu adalah pasti karena rutinitas itu bagaikan jarum jam yang terus berputar. Ketika sekarang masih berada di angka tujuh, besok pun pasti kan kembali ke angka yang sama, tapi tak pernah sedikit pun dia berputar ke belakang. Tapi jangan perlah dilupakan pula, Tuhan melengkapi kita dengan ingatan yang akan selalu merekam semua kejadian seiring dengan tiap detak jarum jam, agar kita bisa selalu belajar dari apa yang terjadi di masa lalu, agar kita selalu bisa memahami apa makna dari setiap peristiwa.

Bukan kah ada sebuah cerita, dari seorang hamba yang memohon kepada Tuhannya. Ia berdoa agar ia diberi sebuah tanaman bunga dan kupu-kupu. Tapi apa yang Tuhan berikan? Hanya sebuah tanaman kaktus  penuh duri dan seekor ulat yang buruk rupanya. Semula ia menghujat Tuhannya karena tak mengabulkan apa yang dia inginkan. Akan tetapi pada akhirnya dia bersabar, merawat kaktus berduri dan ulat itu dengan segenap usahanya. Hingga pada suatu hari pada kaktus berduri tubuhlah sekuntum bunga yang sangat indah, dan ulat pun akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Sang hamba pun bersyukur memuji Tuhannya dan tersadar, Tuhan tak akan serta merta memberikan segala sesuatu apa adanya, tapi Dia kan selalu memberikan jalan agar kita bisa berusaha untuk meraih apa yang kita inginkan.

Setiap kesalahan, pelajaran, dan perkenalan akan selalu menjadi warna dalam tiap lembaran hidup kita, menjadi ukiran demi ukiran perjalanan rasa yang semoga saja indah pada akhirnya. Hal terpenting dari semua ini, hari ini aku akan berusaha untuk selalu berintrospeksi, menjadi lebih baik di hari-hari berikutnya. Hari ini aku belajar, belajar untuk mulai jujur pada diri sendiri. Hari ini pula aku lebih mengenal, bukan orang lain, tapi diriku sendiri.

Semoga aku bisa belajar.
My Cave, when the sun is rising in the first Monday of April 2011



Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar