Ya, di era teknologi informasi yang semakin gencar berkembang ini, jari tangan dan lisan sudah hampir susah dibedakan kehebatannya. Saya sangat ingat dengan jelas, dulu, jaman telenovela Maria Mercedes dan Amigos masih jadi primadona di saluran televisi, guru agama SD saya sering menceritakan bahwa pada suatu masa kelak tangan dan kaki akan bisa berbicara. Saya pun dengan polosnya sempat bertanya, 'Kapan ya Pak tangan saya bisa ngomong?'. Jawab beliau dengan bijaknya, 'Suatu saat nanti, Nak. Saat Yaumul Hisab, saat sesudah bumi diratakan, gunung-gunung dijungkirbalikkan, dan kakek nenek kita dibangunkan dari kuburannya.
Akan tetapi, tenyata sekarang pun, Facebook, twitter, dan berbagai media komunikasi sosial di dunia maya lainnya, dengan sangat nyata benar-benar sudah mewujudkan salah satunya. Tangan berbicara! Sekarang! Dan saya rasa saat ini bukan Yaumul Hisab karena sepertinya kakek dan nenek saya belum dibangunkan dari tidur panjangnya.
Walaupun memang sebenarnya tidak bisa dikatakan berbicara secara harfiah, tapi nyatanya jari-jari tangan sudah dapat menjalankan fungsi lisan umumnya dan menjalankan sifat-sifat lisan sepenuhnya. Berbicara, tertawa, teriak, marah, membentak, merayu, dan sebagainya. Bisa lewat status, twit, atau apalah namanya.
Bahkan ekspresi. Lihat saja emotikon-emotikon yang ada. Ekspresi mana yang belum bisa diwakili dengan kehadiran bentuk-bentuk bundar lucu dengan berbagai warna yang membawa pesan dari karakter yang digambarkannya.
Berbeda dengan surat-menyurat jaman dahulu. Jika kita menulis surat, konteksnya adalah personal, demikian pula kontennya. Hanya dia yang dituju oleh surat itu lah yang dapat mengerti dan memahami pesannya. Belum lagi masih butuh waktu dalam mengirimkannya. Dengan adanya teknologi jejaring sosial sekarang? Hebat! Begitu hebatnya malah. Dengan status, mulai dari sedang apa, dengan siapa, sedang berbuat apa, kemana, hingga semua pertanyaan yang mencakup 5W+1H mengenai si pembuat status, dapat dengan mudah kita (secara umum) ketahui. Tanpa perlu berlama-lama untuk menyampaikan itu semua, dengan hanya sepersekian detik pun semua orang yang sedang terhubung bersama kita akan dapat mengetahui dengan segera.
Dengan kehebatan itulah seharusnya kita (terutama saya) bisa lebih bijak dalam menggunakannya karena bisa jadi akan semakin hebat pula konsekuensinya. Tapi facebook tetaplah facebook. Twitter dan yang lainnya juga demikian. Begitu pula jari-jari tangan jelmaan lisan. Jika baik, maka baiklah dia. Jika buruk, maka buruklah dia. Tergantung bagaimana seseorang menggunakannya. Ketika yang kita tulis adalah hal yang baik, hal yang baik pula yang akan kita dapat. Pun sebaliknya ketika yang kita tulis adalah hal yang buruk. Sudah banyak kejadian yang seharusnya bisa membuat kita lebih cerdas lagi dalam menggunakan jari jemari kita untuk mengungkapkan sebuah rasa yang mungkin tak tertahankan dan berkecamuk di dalam dada.
Sama seperti lisan yang seringkali berjalan jauh lebih cepat dari pikiran, begitu juga gerakan jari-jemari tangan, yang akhirnya menimbulkan terangkainya beberapa huruf dan kata, yang konsekuensinya mungkin belum pernah/sempat terpikirkan dengan matang. Hanya dengan menahan diri lah (menurut saya) kita akan dapat terhindar dari berbagai hal yang tidak kita inginkan, atau mungkin yang tidak diinginkan oleh banyak orang yang lain.
Oleh karena itu, lebih baik kita jaga jari-jemari tangan seperti kita menjaga lisan. Jika pepatah mengatakan lisan itu lebih tajam dari sebilah pedang, ketika sekarang kita benar-benar paham bahwa jari jemari telah berubah bak lisan, maka jari-jemari tangan pun sekarang lebih tajam dari sebilah pedang.
Kecanggihan teknologi tidak akan selaras dengan apa yang diharapkan bila sumber daya manusia yang menggunakannya tidak mengetahui asal-usul teknologi yang dimaksud dibuat. Sebelum menggunakan suatu teknologi, sebaiknya kita benar-benar mengetahui untuk apa teknologi tersebut ada, sehingga kita lebih bijak dalam menggunakannya. :D
BalasHapusMaaf bro, komentar'e dowo. haha.. Salam..