Waktu selalu berputar, bak roda kereta tua yang selalu membawa ke tempat yang berbeda. Tak pernah berhenti. Selalu mengawal hari demi hari yang kita lalui.
Begitu membuka mata pagi ini, walau begitu berat, satu hal yang biasanya terlintas dalam benakku adalah: well, this will be the beginning of so many tiresome days. I will have quality control class this afternoon, maybe I will have to spend a lot of time for student meetings in the next day, and many more wearying things in the days after. Menjemukan memang, tapi ada satu hal yang membuatku berpikir berbeda hari ini. Tiba-tiba aku berpikir untuk mengoreksi semua pikiran yang mengatakan semua ini menjemukan.
Oke lah. Memang kita diciptakan oleh Tuhan dengan dua mata menghadap ke depan agar kita lebih banyak memandang masa depan. Namun jangan lupa bahwa Dia Yang Maha Kuasa juga menciptakan leher agar kepala dan mata kita bisa menoleh dan memandang ke belakang. Agar kita bisa selalu mengevaluasi apa yang telah terjadi kemarin dan di masa lalu.
Senin, 04 April 2011
Sabtu, 02 April 2011
membumikan keberlanjutan bagi teknik industri 0
Topik tentang sustainability yang diterjemahkan bisa ke
“keberlanjutan” atau “kelestarian” telah semakin mengemuka di dunia
seiring dengan kejadian cuaca buruk dan tidak terduga yang terlihat
semakin sering melanda dunia, yang kita rasakan bersama. Terlepas dari
kontroversi dan perdebatan tentnag pemanasan global dengan adanya
pendapat bahwa peristiwa ini adalah peristiwa “natural” rutin tanpa ada
campur tangan manusia, sebagai perekayasa industri, kita semua wajib
memasukkan unsur keberlanjutan kedalam fokus perhatian kita.
Kita sadari atau tidak, kita telah menkonsumsi energi dan sumber daya yang semakin lama semakin besar dibandingkan pendahulu kita. Dulu orang membeli daging dengan dibungkus daun singkong (sehingga sampai ada joke kotornya he..he..), sekarang we go to nearest hypermart that use plastics. Plastics use more energy and more non-degradable waste. Jadi adalah tugas kita, untuk menjadi pendahlu dari anak cucu kita, mempertimbangkan gaya hidup dan pendekatan pemecahan masalah. Saya pribadi yakin Perekayasa Industri (Industrial Engineers), memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pemimpin dalam usaha ini.
Tapi pertanyaan bagi kita semua adalah, apa yang bisa kita lakukan?
Kita sadari atau tidak, kita telah menkonsumsi energi dan sumber daya yang semakin lama semakin besar dibandingkan pendahulu kita. Dulu orang membeli daging dengan dibungkus daun singkong (sehingga sampai ada joke kotornya he..he..), sekarang we go to nearest hypermart that use plastics. Plastics use more energy and more non-degradable waste. Jadi adalah tugas kita, untuk menjadi pendahlu dari anak cucu kita, mempertimbangkan gaya hidup dan pendekatan pemecahan masalah. Saya pribadi yakin Perekayasa Industri (Industrial Engineers), memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pemimpin dalam usaha ini.
Tapi pertanyaan bagi kita semua adalah, apa yang bisa kita lakukan?
Jumat, 01 April 2011
dan tangan pun sekarang berbicara 1
Satu hal yang saya pelajari hari ini adalah jagalah jari-jari tanganmu seperti kamu menjaga lisanmu.
Ya, di era teknologi informasi yang semakin gencar berkembang ini, jari tangan dan lisan sudah hampir susah dibedakan kehebatannya. Saya sangat ingat dengan jelas, dulu, jaman telenovela Maria Mercedes dan Amigos masih jadi primadona di saluran televisi, guru agama SD saya sering menceritakan bahwa pada suatu masa kelak tangan dan kaki akan bisa berbicara. Saya pun dengan polosnya sempat bertanya, 'Kapan ya Pak tangan saya bisa ngomong?'. Jawab beliau dengan bijaknya, 'Suatu saat nanti, Nak. Saat Yaumul Hisab, saat sesudah bumi diratakan, gunung-gunung dijungkirbalikkan, dan kakek nenek kita dibangunkan dari kuburannya.
Akan tetapi, tenyata sekarang pun, Facebook, twitter, dan berbagai media komunikasi sosial di dunia maya lainnya, dengan sangat nyata benar-benar sudah mewujudkan salah satunya. Tangan berbicara! Sekarang! Dan saya rasa saat ini bukan Yaumul Hisab karena sepertinya kakek dan nenek saya belum dibangunkan dari tidur panjangnya.
Ya, di era teknologi informasi yang semakin gencar berkembang ini, jari tangan dan lisan sudah hampir susah dibedakan kehebatannya. Saya sangat ingat dengan jelas, dulu, jaman telenovela Maria Mercedes dan Amigos masih jadi primadona di saluran televisi, guru agama SD saya sering menceritakan bahwa pada suatu masa kelak tangan dan kaki akan bisa berbicara. Saya pun dengan polosnya sempat bertanya, 'Kapan ya Pak tangan saya bisa ngomong?'. Jawab beliau dengan bijaknya, 'Suatu saat nanti, Nak. Saat Yaumul Hisab, saat sesudah bumi diratakan, gunung-gunung dijungkirbalikkan, dan kakek nenek kita dibangunkan dari kuburannya.
Akan tetapi, tenyata sekarang pun, Facebook, twitter, dan berbagai media komunikasi sosial di dunia maya lainnya, dengan sangat nyata benar-benar sudah mewujudkan salah satunya. Tangan berbicara! Sekarang! Dan saya rasa saat ini bukan Yaumul Hisab karena sepertinya kakek dan nenek saya belum dibangunkan dari tidur panjangnya.
sebuah coretan kata-kata 0
Ahh.. akhirnya saya kembali lagi berjuang untuk mengisi kumpulan coretan kata hati dan luapan pemikiran ini.. Setelah sekian lama disibukkan dengan kuliah-kuliah semester tujuh yang membuat tensi darah jadi meningkat, berhadapan dengan tebing-tebing terjal dunia kemahasiswaan yang benar-benar meletihkan pikiran, belum lagi dengan beberapa kegiatan di lab yang cukup membuat adrenalin terpompa dengan dahsyat ke sekujur tubuh ini. Tapi semua itu adalah rona-rona kehidupan yang akan mengisi perjalanan hidup saya.
Sebenarnya blog ini dilahirkan untuk dituliskan berbagai hal mengenai hiruk pikuk dunia Industrial Engineering, yang semula saya pikir sebatas ilmu dan teorinya, antara konsep dan aplikasinya dalam dunia nyata. Akan tetapi, dengan memahami lebih jauh dalam perspektif seorang saya yang memang bukan seorang Frederic W. Taylor ataupun Frank Gilberth,
Sebenarnya blog ini dilahirkan untuk dituliskan berbagai hal mengenai hiruk pikuk dunia Industrial Engineering, yang semula saya pikir sebatas ilmu dan teorinya, antara konsep dan aplikasinya dalam dunia nyata. Akan tetapi, dengan memahami lebih jauh dalam perspektif seorang saya yang memang bukan seorang Frederic W. Taylor ataupun Frank Gilberth,
Langganan:
Postingan (Atom)